Suatu hal yang pasti bahwa surga dan neraka
adalah dua makhluk yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan. Surga
diciptakan-Nya sebagai tempat tinggal yang abadi bagi kaum Mukminin dan neraka
sebagai tempat tinggal bagi kaum musyrikin dan pelaku dosa yang Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah melarang darinya.
Setiap Muslimin yang mengerti keadaan Surga
dan neraka tentunya sangat berharap untuk dapat menjadi penghuni Surga dan
terhindar jauh dari neraka, inilah fitrah. Pada Kajian kali ini, kami akan
membahas tentang neraka dan penduduknya, yang mana mayoritas penduduknya adalah
wanita dikarenakan sebab-sebab yang akan dibahas nanti.
Sebelum kita mengenal wanita-wanita penghuni
neraka alangkah baiknya jika kita menoleh kepada peringatan-peringatan Allah
Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al Qur’an tentang neraka dan adzab yang tersedia
di dalamnya dan perintah untuk menjaga diri daripadanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At Tahrim : 6)
Imam Ath Thabari rahimahullah menyatakan di
dalam tafsirnya : “Ajarkanlah kepada keluargamu amalan ketaatan yang dapat
menjaga diri mereka dari neraka.”
Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhu juga
mengomentari ayat ini : “Beramallah kalian dengan ketaatan kepada Allah,
takutlah kalian untuk bermaksiat kepada-Nya dan perintahkan keluarga kalian
untuk berdzikir, niscaya Allah menyelamatkan kalian dari neraka.” Dan masih
banyak tafsir para shahabat dan ulama lainnya yang menganjurkan kita untuk
menjaga diri dan keluarga dari neraka dengan mengerjakan amalan shalih dan
menjauhi maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di dalam surat
lainnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :“Peliharalah dirimu dari neraka
yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
(Al Baqarah : 24)
Begitu pula dengan ayat-ayat lainnya yang juga
menjelaskan keadaan neraka dan perintah untuk menjaga diri daripadanya.
Kedahsyatan dan kengerian neraka juga dinyatakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam di dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu
bahwasanya beliau bersabda : “Api kalian yang dinyalakan oleh anak cucu Adam
ini hanyalah satu bagian dari 70 bagian neraka Jahanam.” (Shahihul Jami’ 6618)
Jikalau api dunia saja dapat menghanguskan tubuh
kita, bagaimana dengan api neraka yang panasnya 69 kali lipat dibanding panas
api dunia? Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari neraka.
Amin.
Wanita
Penghuni Neraka
Tentang hal ini, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda :“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan
penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka
maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan
Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)
Hadits ini menjelaskan kepada kita apa yang
disaksikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang penduduk Surga
yang mayoritasnya adalah fuqara (para fakir miskin) dan neraka yang mayoritas
penduduknya adalah wanita. Tetapi hadits ini tidak menjelaskan sebab-sebab yang
mengantarkan mereka ke dalam neraka dan menjadi mayoritas penduduknya, namun
disebutkan dalam hadits lainnya.
Di dalam kisah gerhana matahari yang
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabatnya melakukan shalat
gerhana padanya dengan shalat yang panjang , beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam
melihat Surga dan neraka.
Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda
kepada para shahabatnya radliyallahu ‘anhum :“ … dan aku melihat neraka maka
tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat
kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya : “Mengapa
(demikian) wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam?” Beliau Shalallahu
‘alaihi wassalam menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi :
“Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab : “Mereka kufur terhadap
suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau
berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang
kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia
akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ”
(HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Dalam hadits lainnya, Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam menjelaskan tentang wanita penduduk neraka, beliau bersabda :“
… dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang,
melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan
kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka
tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa
didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari
Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu)
Dari Imran bin Husain dia berkata, Nabi
Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Sesungguhnya penduduk surga yang paling
sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari hadits
di atas dengan pernyataannya :
“Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk
Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka
kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya
akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan
dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal.
Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat
untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam
diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain
mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap
agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.” (Jahannam Ahwaluha wa
Ahluha halaman 29-30 dan At Tadzkirah halaman 369)
Saudariku Muslimah … .
Jika kita melihat keterangan dan hadits di
atas dengan seksama, niscaya kita akan dapati beberapa sebab yang menjerumuskan
kaum wanita ke dalam neraka bahkan menjadi mayoritas penduduknya dan yang
menyebabkan mereka menjadi golongan minoritas dari penghuni Surga.
Saudariku Muslimah … . Hindarilah sebab-sebab ini
semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari neraka. Amin.
1. Kufur Terhadap Suami
dan Kebaikan-Kebaikannya
Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan hal ini pada sabda beliau di atas tadi.
Kekufuran model ini terlalu banyak kita dapati di tengah keluarga kaum
Muslimin, yakni seorang istri yagn mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya
selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak cocok
dengan kehendak sang istri sebagaimana kata pepatah, panas setahun dihapus oleh
hujan sehari.
Padahal yang harus dilakukan oleh seorang istri ialah bersyukur terhadap apa
yang diberikan suaminya, janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan sang suami
karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat istri model begini
sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : “Allah tidak
akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan
tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra dari Abdullah bin
‘Amr. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 76)
Hadits
di atas adalah peringatan keras bagi para wanita Mukminah yang menginginkan
ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Surga-Nya. Maka tidak sepantasnya bagi
wanita yang mengharapkan akhirat untuk mengkufuri kebaikan-kebaikan suaminya dan
nikmat-nikmat yang diberikannya atau meminta dan banyak mengadukan hal-hal
sepele yang tidak pantas untuk dibesar-besarkan.
Jika
demikian keadaannya maka sungguh sangat cocok sekali jika wanita yang kufur
terhadap suaminya serta kebaikan-kebaikannya dikatakan Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam sebagai mayoritas kaum yang masuk ke dalam neraka walaupun
mereka tidak kekal di dalamnya.
Cukup
kiranya istri-istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabiyah
sebagai suri tauladan bagi istri-istri kaum Mukminin dalam mensyukuri
kebaikan-kebaikan yang diberikan suaminya kepadanya.
2. Durhaka Terhadap Suami
Kedurhakaan
yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya pada umumnya berupa tiga bentuk
kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan masyarakat kaum Muslimin.
Tiga bentuk kedurhakaan itu adalah :
1.
Durhaka
dengan ucapan.
2.
Durhaka
dengan perbuatan.
3.
Durhaka
dengan ucapan dan perbuatan.
Bentuk
pertama ialah seorang istri yang biasanya berucap dan bersikap baik kepada
suaminya serta segera memenuhi panggilannya, tiba-tiba berubah sikap dengan
berbicara kasar dan tidak segera memenuhi panggilan suaminya. Atau ia
memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak senang atau lambat
mendatangi suaminya. Kedurhakaan seperti ini sering dilakukan seorang istri
ketika ia lupa atau memang sengaja melupakan ancaman-ancaman Allah terhadap
sikap ini.
Termasuk
bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang istri membicarakan perbuatan suami
yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa sebab yang
diperbolehkan syar’i. Atau ia menuduh suaminya dengan tuduhan-tuduhan dengan
maksud untuk menjelekkannya dan merusak kehormatannya sehingga nama suaminya
jelek di mata orang lain. Bentuk serupa adalah apabila seorang istri meminta di
thalaq atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i. Atau ia mengaku-aku telah
dianiaya atau didhalimi suaminya atau yang semisal dengan itu.
Permintaan
cerai biasanya diawali dengan pertengkaran antara suami dan istri karena
ketidakpuasan sang istri terhadap kebaikan dan usaha sang suami. Atau yang
lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya karena suaminya berusaha
mengamalkan syari’at-syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah-sunnah
Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wassalam. Sungguh jelek apa yang dilakukan istri
seperti ini terhadap suaminya. Ingatlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam :“Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang
syar’i, pent.) maka haram baginya wangi Surga.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi
serta selain keduanya. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 85)
Bentuk
kedurhakaan kedua yang dilakukan para istri terjadi dalam hal perbuatan yaitu
ketika seorang istri tidak mau melayani kebutuhan seksual suaminya atau bermuka
masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika hendak disentuh dan
dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya dan yang semisal
dengan itu.
Termasuk
dari bentuk ini ialah apabila seorang istri keluar rumah tanpa izin suaminya
walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Yang demikian seakan-akan
seorang istri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’i. Demikian pula jika
sang istri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan) bersama suaminya,
mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya
ditutupi dari anggota tubuhnya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa
mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki
yang bukan mahramnya dan yang semisal dengan itu.
Bentuk
lain adalah apabila seorang istri tidak mau berdandan atau mempercantik diri
untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu, melakukan puasa sunnah
tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah seperti shalat, mandi janabat,
atau puasa Ramadlan.
Maka
setiap istri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut adalah istri
yang durhaka terhadap suami dan bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika
kedua bentuk kedurhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang istri maka ia
dikatakan sebagai istri yang durhaka dengan ucapan dan perbuatannya. (Dinukil
dari kitab An Nusyuz karya Dr. Shaleh bin Ghanim As Sadlan halaman 23-25 dengan
beberapa tambahan)
Sungguh
merugi wanita yang melakukan kedurhakaan ini. Mereka lebih memilih jalan ke
neraka daripada jalan ke Surga karena memang biasanya wanita yang melakukan
kedurhakaan-kedurhakaan ini tergoda oleh angan-angan dan kesenangan dunia yang
menipu.
Ketahuilah
wahai saudariku Muslimah, jalan menuju Surga tidaklah dihiasi dengan
bunga-bunga nan indah, melainkan dipenuhi dengan rintangan-rintangan yang berat
untuk dilalui oleh manusia kecuali orang-orang yang diberi ketegaran iman oleh
Allah. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini ada Surga yang Allah sediakan untuk
hamba-hamba-Nya yang sabar menempuhnya.
Ketahuilah
pula bahwa jalan menuju neraka memang indah, penuh dengan syahwat dan
kesenangan dunia yang setiap manusia tertarik untuk menjalaninya. Tetapi ingat
dan sadarlah bahwa neraka menanti orang-orang yang menjalani jalan ini dan
tidak mau berpaling darinya semasa ia hidup di dunia.
Hanya
wanita yang bijaksanalah yang mau bertaubat kepada Allah dan meminta maaf
kepada suaminya dari kedurhakaan-kedurhakaan yang pernah ia lakukan. Ia akan
kembali berusaha mencintai suaminya dan sabar dalam mentaati perintahnya. Ia
mengerti nasib di akhirat dan bukan kesengsaraan di dunia yang ia takuti dan
tangisi.
3. Tabarruj
Yang
dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan perhiasannya dan
keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib untuk ditutupi dari
hal-hal yang dapat menarik syahwat lelaki. (Jilbab Al Mar’atil Muslimah halaman
120)
Hal
ini kita dapati pada sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang
wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang dikarenakan minimnya
pakaian mereka dan tipisnya bahan kain yang dipakainya. Yang demikian ini
sesuai dengan komentar Ibnul ‘Abdil Barr rahimahullah ketika menjelaskan sabda
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tersebut.
Ibnul
‘Abdil Barr menyatakan : “Wanita-wanita yang dimaksudkan Nabi Shalallahu
‘alaihi wassalam adalah yang memakai pakaian yang tipis yang membentuk tubuhnya
dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada
dhahirnya dan telanjang pada hakikatnya … .” (Dinukil oleh Suyuthi di dalam
Tanwirul Hawalik 3/103 )
Mereka
adalah wanita-wanita yang hobi menampakkan perhiasan mereka, padahal Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah melarang hal ini dalam firman-Nya : “Dan janganlah
mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka.” (An Nur : 31)
Imam
Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan di dalam kitab Al Kabair halaman 131 :
“Termasuk dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka dilaknat ialah
menampakkan hiasan emas dan permata yang ada di dalam niqab (tutup
muka/kerudung) mereka, memakai minyak wangi dengan misik dan yang semisalnya
jika mereka keluar rumah … .”
Dengan
perbuatan seperti ini berarti mereka secara tidak langsung menyeret kaum pria
ke dalam neraka, karena pada diri kaum wanita terdapat daya tarik syahwat yang
sangat kuat yang dapat menggoyahkan keimanan yang kokoh sekalipun. Terlebih
bagi iman yang lemah yang tidak dibentengi dengan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sendiri menyatakan di dalam hadits yang
shahih bahwa fitnah yang paling besar yang paling ditakutkan atas kaum pria
adalah fitnahnya wanita.
Sejarah
sudah berbicara bahwa betapa banyak tokoh-tokoh legendaris dunia yang tidak
beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hancur karirnya hanya disebabkan bujuk
rayu wanita.
Dan
berapa banyak persaudaraan di antara kaum Mukminin terputus hanya dikarenakan
wanita. Berapa banyak seorang anak tega dan menelantarkan ibunya demi mencari
cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi kasus lainnya yang dapat
membuktikan bahwa wanita model mereka ini memang pantas untuk tidak mendapatkan
wanginya Surga.
Hanya
dengan ucapan dan rayuan seorang wanita mampu menjerumuskan kaum pria ke dalam
lembah dosa dan hina terlebih lagi jika mereka bersolek dan menampakkan di
hadapan kaum pria. Tidak mengherankan lagi jika di sana-sini terjadi pelecehan
terhadap kaum wanita, karena yang demikian adalah hasil perbuatan mereka
sendiri.
Wahai
saudariku Muslimah … . Hindarilah tabarruj dan berhiaslah dengan pakaian yang
Islamy yang menyelamatkan kalian dari dosa di dunia ini dan adzab di akhirat
kelak.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :“Dan tinggallah kalian di rumah-rumah kalian dan
janganlah kalian bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang jahiliyyah pertama
dahulu.” (Al Ahzab : 33)
Masih
banyak sebab-sebab lainnya yang mengantarkan wanita menjadi mayoritas penduduk
neraka. Tetapi kami hanya mencukupkan tiga sebab ini saja karena memang tiga
model inilah yang sering kita dapati di dalam kehidupan masyarakat negeri kita
ini.
Saudariku
Muslimah … .
Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah menuntunkan satu amalan yang dapat
menyelamatkan kaum wanita dari adzab neraka. Ketika beliau selesai khutbah hari
raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum wanita,
beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian
beliau bersabda : “Bershadaqahlah kalian! Karena kebanyakan kalian adalah kayu
bakarnya Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara
wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya :
“Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab : “Karena kalian banyak
mengeluh dan kalian kufur terhadap suami!” (HR. Bukhari)
Bershadaqahlah!
Karena shadaqah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kalian dari adzab neraka.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari adzabnya. Amin.
Wallahu
A’lam bish Shawwab. (Dikutip dari tulisan Muhammad Faizal Ibnu Jamil, Judul
asli Wanita Penghuni Neraka, MUSLIMAH/Edisi XXII/1418/1997/Kajian Kali Ini. Url
sumber
http://www.geocities.com/dmgto/muslimah201/nar.htm)
Isteri Solehah – Kekasih
Allah, Teman Sejati Suami Soleh..
Isteri yang solehah
adalah isteri yang mahu menjadi teman berunding bagi suami dan menjadi sahabat
dalam menyelesaikan pelbagai masalah. Itulah hubungan suami isteri itu
diertikan orang sebagai teman hidup.Jika suami menghadapi masalah untuk
mencapai cita-citanya dan cita-cita keluarga maka bermotivasilah kepadanya dan
hiburkanlah hatinya . Isteri teladan disamping ia memberi dorongan dan
bermotivasi kepada suami ia juga merupakan sumber ilham bagi suami. Ini
membuatkan hati suami tenteram apabila bersama isteri dan segala masalah
dihadapinya bersama-sama.
Di antara ciri-ciri isteri solehah yang lain
ialah:
·
Mentaati
Allah SWT dan mengerjakan segala perintah suami selagi tdak melanggar perintah
Allah.
·
Bersikap
malu terhadap suami.
·
Berdiam
diri ketika suami sedang berkata-kata, baru berbicara setelah ia selesai
berbicara.
·
Berdiri
tegak sebagai tanda hormat semasa ia datang dan pergi.
·
Sentiasa
menyerahkan diri kepadanya apabila ia memerlukannya.
·
Memakai
wangi-wangian di hadapan suami.
·
Menjaga
mulut daripada bau-bauan yang tidak menyenangkan.
·
Tidak
mengkhianati dan berlaku curang terhadapnya ketika ketiadaan suami.
·
Sentiasa
menghormati keluarga suami .
·
Bersyukur
di atas apa yang disediakan oleh suami.
·
Tidak
berpuasa sunat tanpa kebenaran suami.
·
Tidak
keluar rumah kecuali dengan izin suami.
Dan hari ini kucedok sedikit rencana dari
majalah yang pernah ku baca untuk renungan bersama. Menjadi suri rumah adalah
impian setiap wanita yang telah cukup umur dan untuk menjadi seorang suri rumah
sepenuh masa yang berwibawa mereka harus melakukan kerja-kerja yang melibatkan
pengurusan, kesetiausahaan, pendidikan dan asuhan. Mereka kenalah pandai
merancang, mengatur, menyusun dan melakukan kerja-kerja besar hinggalah yang
remeh-temeh dalam lingkungan tempat kerja yang mereka sendiri menjadi bos dan
kulinya. Mereka bekerja tanpa cuti dan tapa mengharapkan upah. Jauh sekali
menuntut bonus tahunan atau menagih pengiktirafan. Segalanya dilakukan demi
sebuah tanggungjawab membina syurga idaman. Itulah peranan sekilas
isteri-isteri yang menjadi SURI RUMAH sepenuh masa. Satu tugas berat yang
bermula sebaik-baik sahaja rumah tangga mula didirikan. Ia memerlukan
persediaan jiwa, ilmu dan kemahiran lebih awal sebelum melangkah ke gerbang
perkahwinan. Dan cabarannya tentulah semkin sukar dan hebat apabila anggota
keluarga makin bertambah dan keluarga semakin besar.